Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Ku Lari ke Weleri

Gambar
Trip ke Weleri kali ini sebenernya bisa dibilang escape trip alias trip ngabur, gengs. Gua ngaku bahwa gua maksa bokap untuk ikut beliau kesini supaya gua bisa mangkir dari acara arisan keluarga besar di rumah. Trip ini juga gak lama-lama, cuma dua hari doang. Gua berangkat Sabtu (9/11/2019) pagi, terus pulang ke Jakarta besok siangnya. So, basically gua gak kemana-mana juga disana. "Lah? Niat banget lu mangkir, ke kampung orang gak ngapa-ngapain." kalian mikir begitu kan pasti? Tenang. Gua sempet jalan-jalan dan main juga kok selama trip ini. Gua sempat berkunjung ke dua tempat, yaitu Forest Kopi Kembang Langit dan Pantai Cahaya. 1. Forest Kopi Kembang Langit We began with Forest Kopi Kembang Langit . Coffee shop ini terletak di wilayah Kembang Langit, kabupaten Batang, Jawa Tengah. Lokasinya adai di tengah bukit, jadi bisa dibilang ada di kawasan hutan. Kata temen bokap yang ngajak kita kesini, pak Bambang, coffee shop ini baru buka di wilayah itu. Beliau recomme

Menanti Fajar di Penanjakan Bromo

Gambar
Tujuan liburan gua berikutnya ialah Kota Batu, Jawa Timur. Kota kecil yang begitu teduh dan sejuk ini dijuluki De Kleine Zwitserland atau Swiss Kecil di pulau Jawa . Sebenarnya, karena gua stay  di Batu cukup lama, gua pergi ke berbagai tempat, tapi tidak bisa gua ceritakan semua karena terlalu panjang. Jadi, yang akan gua sampaikan hanya perjalanan wisata sunrise  ke Gunung Bromo yang gua lakukan pada Rabu (7/8) malam hingga Kamis (8/8) pagi. And here it goes. Malam pun datang. Perlengkapan untuk pergi ke Bromo sudah dipersiapkan. Gua menanti dengan rasa berdebar, sangat antusias. Pihak travel menginformasikan bahwa kami akan dijemput dari homestay sekitar jam 11 malam dan akan berkendara selama 3 jam menuju basecamp milik travel tersebut. Oh iya, tourism travel   yang kami gunakan untuk berwisata ke Bromo ini ialah Abimanyu Tour. Midnight-Sunrise Open Trip yang kami ikuti dari travel Abimanyu ini dihargai Rp. 350,000,- per orang. Harga tersebut sudah termasuk makan siang, snack

Kemegahan Gedung Seribu Pintu

Gambar
E veryone needs vacation! Menurut gua, liburan bukan cuma berfungsi untuk melepas penat dari aktivitas keseharian, tapi juga menepi dari hingar bingar hidup buat mengumpulkan tenaga dan semangat baru. Setelah sekian lama berangan-angan buat liburan, akhirnya kesampaian juga. Gua dan keluarga sepakat untuk berlibur ke dua kota sekaligus, Semarang dan Batu. Kali ini, gua akan bahas tentang kunjungan gua ke salah satu gedung terkenal di Indonesia yang ada di Semarang, yaitu Lawang Sewu. Kunjungan ke Lawang Sewu ini gua lakukan bersama kedua orang tua dalam rangka perjalanan liburan kami pada Agustus 2019. Kami berangkat dari Jakarta pada hari Minggu (4/8/2019) pagi, pukul 06:20 dan sampai di Semarang pukul 11:30 siang. Sampai di Semarang, kami melakukan check in di hotel, yang jaraknya hanya sekitar 500 meter dari gedung Lawang Sewu, lalu beristirahat sebentar. Sore hari nya, kami keluar dari hotel dan menuju ke Lawang Sewu dengan berjalan kaki.  Lawang Sewu sendiri tadinya di

Impulsif Membawa Cerita

Ada aja keajaiban dalam kehidupan kita sehari-hari. Keajaiban itu bisa lucu, menyedihkan, menakutkan, bahkan mengharukan.   Hal-hal “ajaib” selalu nunggu kita dimana aja tanpa kita tahu kapan mereka datang dan hal-hal itu terjadi biasanya untuk mengingatkan atau mengajarkan sesuatu pada kita. Dan inilah cerita “ajaib” dari perjalanan singkat gua ke kampus kemarin. Jum’at, 24 Mei 2019. Gua sebenarnya gak berencana untuk pergi kemanapun hari itu. Gua pengen di rumah aja seharian, seperti biasa. Iseng-iseng, gua bikin draft question list sementara buat penelitian skripsi gua. Setelah satu jam ngerjain daftar itu, gua dapet 20 butir pertanyaan untuk dua kategori dalam penelitian gua. Gua berpikir disitu, “Pertanyaan udah jadi, revisian udah kelar. Apa gua serahin sekarang aja ke kampus ya? Tapi jauh juga ke kampus Cuma buat nyerahin beginian doang. Mana panas banget lagi di luar. Apa senin aja ya? Tapi kalo senin, gua kapan turun wawancaranya?” Lalu, sisi ambisius gua yang sed

Sensasi Salju Bekasi

Sebagai penduduk negeri beriklim tropis, kita hampir sepenuhnya percaya bahwa Indonesia gak punya musim dingin. Salju dan semua hal terkait winter experience cuma pernah kita lihat di tivi atau dengar dari pengalaman orang lain yang berkesempatan untuk mengunjungi Negara-negara empat musim. Tapi, ternyata, jaman udah segitu canggihnya sekarang. Sekarang, w inter experience bisa dibawa dan dikonstruksi sedemikian rupa di Negara kita, khususnya di perkotaan besar sekitar Jakarta. Setelah ice skating rink , yang setahu gua udah ada 3 di Jabodetabek, winter experience dihadirkan dengan lebih canggih dengan adanya wahana permainan salju. Tenang, salju nya bukan dari styrofoam kok, salju es beneran. Masih gak percaya? Ini cerita gua. Selasa, 30 April 2019. Hari itu gua jalan-jalan lagi sama pacar gua, Syavick, ke Trans Snow World di Trans Mart Juanda, Bekasi. Kami janjian di Stasiun Jatinegara pukul 11 siang, karena gua perkirakan kereta akan jauh lebih lengang daripada saat jam be

Loreng MACAN di Pemakaman Hewan (part 2)

Kami pun bergerak ke tujuan kami berikutnya, yaitu ke Blok M Plaza untuk menonton film horror “ Pet Cematary”  yang diadaptasi dari novel karya Stephen King. Tadinya, kami hendak ke Blok M dengan menaiki kereta MRT dari Gelora Bung Karno, itu berarti kami perlu menaiki bis yang tadi kami naiki saat berangkat ke museum MACAN ini. Masalahnya, karena kami tadi turun dari bis di pinggir jalan tol, kami gak tahu harus berjalan ke arah mana untuk menaiki bis kembali ke arah GBK. Jadi, kami memutuskan untuk menaiki taksi online untuk kembali ke Gelora Bung Karno. Kami berjalan sambil sesekali bercanda menuju stasiun Istora Mandiri, yang terletak cukup jauh dari halte Gelora Bung Karno. Adzan zuhur terdengar sayup-sayup di siang hari yang luar biasa cerah itu, kami mempercepat langkah ke stasiun MRT supaya bisa segera berteduh. Fuuh! Luar biasa teriknya! Kami menaiki kereta MRT menuju stasiun Blok M, berjalan sedikit untuk mencapai Blok M Plaza. Sampai disana, kami membeli tiket terlebih

Loreng MACAN di "Pemakaman Hewan" (part 1)

Gua mengaku, gua bukan tipikal orang yang artistik. Gua gak begitu paham tentang seni rupa, jadi gua juga kurang mampu dalam menginterpretasi dan mengapresiasi suatu karya seni. Palingan yang gua bisa lakukan hanya mengamati gerak dan warna yang diabadikan dan mencoba menarik potongan makna dari situ.   Gua bukan orang yang cukup teliti dan disiplin untuk menerjemahkan suatu ide dalam wujud suatu karya seni. Okay, back to the story . Jum’at 12 April 2019. Gua akhirnya berkesempatan untuk kembali jalan-jalan dengan Jasmine dan Ibri. Hari itu, kami akan pergi mengunjungi Museum MACAN ( Modern And Contemporary Art in Indonesia) . Kami sepakat untuk bertemu di halte Gelora Bung Karno jam 8 pagi, untuk naik bis ke Kebon Jeruk bersama. Gua berangkat dari rumah sekitar jam 06.45 pagi, sampai di halte Pramuka BPKP sekitar 6 menit kemudian. Gua menaiki bis yang menuju arah Bundaran Senayan, supaya bisa langsung turun di GBK, tapi ternyata bis nya penuh. Gua yang malas jadi sarden hari itu

Moda Raya Terpadu dan Kemewahan Batavia (part 2)

Kami mengambil tempat di lantai dua café tersebut. Bgeitu masuk ke dalam café pun, sudah terlihat kesan mewah dari interior dan dekorasi klasik hingga ke setiap sudut café. Gak heran kalau café itu dibilang berkelas karena tempatnya aja sudah sangat nyaman. Ruang makan di lantai dua terletak setelah ruangan lounge dan bar , menghadap langsung ke Museum Fatahilah. Ruang makannya full AC, dengan kursi kayu ringan dan meja berselimut taplak putih dengan hiasan batik, yang dilengkapi vas kecil dan tempat garam-merica. Pelayan disana berseragam rapih semua, lengkap dengan kebaya dan sepatu pantofel. Bahkan, mereka juga memakai intercom untuk berkordinasi. Suasana ruang makan yang tenang diiringi dengan alunan musik klasik, membuat kami merasa sedang makan siang di Titanic. Pelayan datang membawakan buku menu, yang langsung gua buka. Gua mulai menaruh tangan di kepala saat melihat harga makanan yang luar biasa istimewa, bahkan air mineral pun dibandrol dengan harga Rp. 40,000 (Aqua Refl

Moda Raya Terpadu dan Kemewahan Batavia (part 1)

Yeay! Jakarta sekarang punya transportasi baru! Yup! The MRT is here, finally! Ini cerita gua jalan-jalan seharian naik MRT kemarin. Selasa 9 April. Gua bangun pagi dan melakukan kegiatan rutin seperti biasa; shalat subuh, menyapu dan bersih bersih rumah. Gua udah ada janji hari ini buat jalan-jalan sama, Syavick, pacar gua, ke Kota Tua. No specific reason , pengen main aja kesana. Tadinya doi minta hari Senin, tapi gua bilang museum tutup tiap hari senin. Jadi ya udah, kita baru jalan hari Selasa. Setelah gua mandi dan rapih-rapih, gua beranjak keluar dari rumah buat berangkat bareng naik Transjakarta. Gua chat doi, ternyata doi baru bangun karena ketiduran. Doi bilang gua berangkat duluan aja. I said yes and then walked out the gate to the bus shelter . Sampe di halte, gua chat Syavick lagi. Doi bilang gua jalan duluan aja ke stasiun MRT nya dan ketemu disana. Kebetulan ada bis tujuan Bundaran Senayan yang berhenti di halte, gua pun langsung naik. Setelah menempuh perjalana