Loreng MACAN di Pemakaman Hewan (part 2)

Kami pun bergerak ke tujuan kami berikutnya, yaitu ke Blok M Plaza untuk menonton film horror “Pet Cematary” yang diadaptasi dari novel karya Stephen King. Tadinya, kami hendak ke Blok M dengan menaiki kereta MRT dari Gelora Bung Karno, itu berarti kami perlu menaiki bis yang tadi kami naiki saat berangkat ke museum MACAN ini. Masalahnya, karena kami tadi turun dari bis di pinggir jalan tol, kami gak tahu harus berjalan ke arah mana untuk menaiki bis kembali ke arah GBK. Jadi, kami memutuskan untuk menaiki taksi online untuk kembali ke Gelora Bung Karno. Kami berjalan sambil sesekali bercanda menuju stasiun Istora Mandiri, yang terletak cukup jauh dari halte Gelora Bung Karno. Adzan zuhur terdengar sayup-sayup di siang hari yang luar biasa cerah itu, kami mempercepat langkah ke stasiun MRT supaya bisa segera berteduh. Fuuh! Luar biasa teriknya!

Kami menaiki kereta MRT menuju stasiun Blok M, berjalan sedikit untuk mencapai Blok M Plaza. Sampai disana, kami membeli tiket terlebih dahulu ke bioskop XXI. Kami memilih untuk menonton film tersebut pada jam 14.40, mengambil tempat duduk di baris tengah teater. Setelah itu, kami bergerak untuk makan siang. Kami bersantap siang di Ichiban Sushi yang terletak gak jauh dari bioskop. Sempat kena waiting list sebentar, tapi akhirnya dapat tempat juga. Gua harus bilang bahwa pelayanan di restoran Ichiban Sushi di Blok M Plaza ini kurang begitu baik. Gua melihat bahwa restoran itu kekurangan tenaga pekerja, sehingga keteteran menghadapi pengunjung yang ramai berdatangan pada jam makan siang. Selain itu, kami juga harus menunggu makanan pesanan kami cukup lama. Bahkan, pesanan Jasmine baru datang saat gua dan Ibri sudah hampir selesai makan. Oh, mereka juga lupa mengambilkan sendok untuk kami, padahal kami sudah minta 2 kali. Sehingga, Jasmine harus meminjam sendok yang sudah digunakan Ibri untuk bisa makan. Gua juga memperhatikan satu meja yang sempat diduduki oleh 7 orang, dengan satu orang mengambil kursi tambahan dari meja lain. Setelah mereka pergi, kursi tambahannya gak sempat dikembalikan. Bahkan sampai pelanggan berikutnya duduk di meja itu, kursi tambahan itu masih ada di tengah-tengah. Gua udah biasa makan di Ichiban Sushi dan sangat menyayangkan pelayanan di salah satu cabang restoran favorit gua itu. Akhirnya, setelah kami semua kenyang, kami beranjak ke bioskop untuk menonton “Pet Cematary”.  Film nya sangat seram buat gua, since gua emang penakut.  Gua malah lebih banyak menyembunyikan wajah di balik bahu Ibri, yang duduk di antara gua dan Jasmine, dibandingkan menikmati film. Dia sangat kecewa dengan hasil remake film nya, karena banyak bagian yang dipotong, diubah dan dipaksakan, while I barely knew anything karena ketakutan dan ngumpet terus sepanjang film.

Selesai nonton, kami bergerak untuk mencari toko aksesoris yang pernah kami datangi bersama Bear-Nine sebelumnya. Kami mengitari mall, tapi ternyata toko yang kami cari tidak ada. Lalu kami kembali bergerak untuk mencari cemilan di Auntie’s Anne, menunggu puncak kemacetan sore hari berlalu. Sempat ada drama saat kami hendak ke Auntie's Anne, karena gua ada sedikit salah paham dengan pacar gua yang hendak jemput gua pulang. Biasa lah. Gua baru cabut dari Blok M jam 18.30, langsung naik MRT ke Bundaran HI sebelum naik Transjakarta ke Sarinah dan baru bergerak pulang jam 19.20. Dengan demikian, berakhirlah perjalanan panjang gua hari itu.

Itu dia cerita gua saat jalan-jalan bersama Jasmine dan Ibri hari Jumat lalu. Semenjak kami disibukan dengan penelitian skripsi kami masing-masing, kami mulai jarang jalan-jalan bertiga. Meski perjalanan kali ini lumayan berkendala (perjalanan sebelumnya juga punya kendala sih), tapi gua senang hari itu kami bisa jalan-jalan bersama lagi. Gua berharap setelah semua kewajiban perkuliahan kami selesai, kami bisa jalan-jalan bersama lagi dan menorehkan cerita petualangan kami bertiga ke tempat baru yang lebih seru.///

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (Part 2)

Melangkah di bumi Serambi Mekkah

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (part 1)