Tombak Berlian part 3

    Setelah mereka berlari jauh, mereka sampai ke depan mulut tambang. Saat hendak masuk, mereka dicegat oleh monser tambang yang besar dan menakutkan,
"Selamat datang di tambang runtuh. Seorang pemuda baru saja masuk, karena berhasil. Kalau kalian juga berhasil, kalian boleh masuk." kata monster itu dengan suara berat,
"Baiklah. Apa ujianmu?" tanya si Sulung,
"Aku ada di ekor Kijang, di bawah Jurang dan di ujung Lorong. Tapi aku bisa berpindah ke kepala Gajah dan menghilang ketika ada kabut. Siapakah aku?" tanya monster itu, si Sulung terperanjat,
'Soal macam apa itu?' pekiknya,
"Huruf G?" tanya si Bungsu, monster itu tersenyum puas,
"Jawaban bagus, anak muda. Benar sekali." katanya,
"Satu lagi. Bergelar panas ketika aku menempati empat ruang, bergelar dingin saat aku menempati ruangan yang tidak sempurna, semua mahluk hidup memiliki aku, kecuali tumbuhan. Jika kaya, aku akan terang, jika miskin aku akan gelap, siapakah aku?" tanya si Monster, si Sulung sudah kesal menggaruk-garuk kepalanya frustasi. Sementara si Bungsu tetap berpikir dengan tenang, hingga ia menjawab,
"Darah." si Monster pun bertepuk tangan,
"Bagus! Pintar sekali kau!" pujinya,
"Jadi kata kuncinya adalah..." kata si Monster, si Sulung tercenung,
"Kau bilang tadi yang terakhir!" protesnya,
"Berani protes, adikmu takkan selamat!" ancam si Monster, si Sulung diam, menyerahkan jawaban kepada kecerdasan si Bungsu,
"Gadara?" tebaknya, si Monster tertawa terbahak-bahak,
"Bagus! Tepat sekali! Masuklah ke dalam.." kata si Monster, ia menyingkir dari hadapan dua bersaudara itu dan memberi mereka jalan masuk ke dalam tambang.
    Setelah berhasil masuk ke dalam tambang, terlihat si Tengah terbaring sekarat di tanah. Keduanya mendekati si Tengah,
"Tengah, bertahanlah!" seru si Sulung, si Tengah membuka matanya dan tersenyum,
"Ka..kak..." seraknya,
"Sudah, kau jangan banyak bicara dulu! Yang penting kau selamat.." kata si Sulung,
"T..Tidak, kak... B...Bawa, tom..bak itu... pergi.." katanya dengan susah payah, tiba-tiba terdengar suara tawa melengking. Peri Tambang muncul, berwujud kalajengking besar bermata merah,
"Aku Peri Tambang, adik kalian lancang sekali ingin mengambil hartaku." katanya,
"Apa yang kau lakukan padanya?" tanya si Sulung kasar,
"Berani benar kamu. Aku hanya menyuntikkan sedikit racun. Dia masih punya waktu untuk hidup jika kalian segera pergi dari sini." jawab Peri Tambang,
"Bagaimana menyembuhkannya?" tanya si Bungsu,
"Enak saja memberi tahumu!" hardik Peri Tambang, si Bungsu tetap tenang,
"Baiklah. Aku pertaruhkan nyawa kedua kakakku dengan jawabanmu. Kalau aku menang, kau harus memberitahuku jawabannya dan tombak itu jadi milik kami, jika aku kalah, bunuhlah kami semua. Bagaimana?" tanya si Bungsu, mata peri Tambang berkilau,
"Tawaran yang menarik, bocah. Sudah lama aku tidak mengunyah manusia." katanya, si Bungsu tetap tenang,
"Baiklah, sekarang tanyakan padaku pertanyaanmu!" seru si Bungsu,
"Terus berkelana, dari pundak gunung ke muara laut. Menjawab kebutuhan semua orang di bumi. Bukti cinta kasih terbesar Tuhan kepada semua mahluk. Siapa dia?" tanya peri Tambang,
"Air." jawab si Bungsu,
"Siapakah sepasang yang menjadi satu, melukiskan apa saja kecuali rumahnya sendiri dan memiliki pelangi yang membesar kecilkan lubang cahaya?" tanya si Peri Tambang lagi, si Bungsu berpikir, sementara si Tengah sudah semakin demam dan kesulitan bernafas akibat racun yang diberikan Peri Tambang,
"Bungsu, cepat!" pekik si Sulung,
"Mata." jawab si Bungsu, peri Tambang mulai waspada, kemudian ia tersenyum licik,
"Jawaban bagus, bocah. Sekarang yang terakhir." kata peri Tambang,
"Jantan atau betinakah aku?" tanya peri Tambang, si Bungsu agak sedikit kaget mendengar pertanyaan itu. Ia tak tahu perbedaan kalajengking jantan dan betina. Ia menggaruk kepalanya, berpikir keras. Ia mondar-mandir, hilir mudik, tak dapat ia menebak pertanyaan terakhir itu. si Peri Tambang tersenyum licik, jika si bungsu tidak bisa menjawab pertanyaan itu, maka dia bisa memakan ketiga bersaudara tersebut.
"Bagaimana ini? Aku tidak tahu apa jawabannya.." pikir si Bungsu,
"Menyerah, bocah?" tanya peri Tambang
    Sementara si Tengah, berusaha membantu adiknya. Ia mendapatkan ide jahil yang ia rasa dalah ide jahil terakhirnya,
"Kak..." seraknya memanggil si Sulung,
"Apa?" tanya si Sulung,
"B...uka.. Celana si Bung..su..." jawab si Tengah  susah payah,
"Apa? Kau gila?" desis si Sulung,
"L...Lakukan...s..saja..." tuntut si Tengah, si Sulung kemudian meletakkan si Tengah dengan hati-hati di tanah dan merayap mendekati si Bungsu. Saat ia ada di belakang si Bungsu, ia menarik celana si Bungsu hingga sarung dalamnya terlihat. Peri Tambang menjerit histeris,
"aaaaaahhhh....!!" dengan segera, si Sulung menjawab,
"Betina!" serunya lantang, si Bungsu menarik kembali celananya, dengan bersungut-sungut kepada ulah kakaknya,
'Ini pasti ide si Tengah. Sedang sekarat, masih bisa saja dia jahil.' gumamnya, tak lama kemudian, peri Tambang berubah menjadi wanita yang sangat cantik, mengenakan gaun panjang berwarna kuning gading, berambut cokelat tua panjang dan bermata merah yang indah,
"Baiklah. Kalian menang. Aku terkesan dengan kecerdasan kalian. Ini penawarnya. Teteskan tepat di luka di dadanya." kata peri Tambang seraya menyerahkan sebotol air jernih. Si Bungsu segera menerima botol itu dan menyerahkannya kepada kakaknya. Ia meneteskan air itu di atas luka si Tengah. Perlahan, racun yang sudah hampir membunuh si Tengah keluar dari keringatnya yang berwarna kehitaman, dan terakhir dimuntahkan olehnya. Setelah itu, si Tengah berangsur-angsur tenang.
"Ini, sesuai janjiku. Tombak itu milik kalian sekarang. Berlian yang ada di tombak itu bisa bertumbuh hingga 200 tahun. Ambillah satu dan juallah saat kalian butuh uang atau ada keperluan." kata peri Tambang,
"Terimakasih, peri Tambang." sahut ketiganya serempak,
"Namun, aku ada satu permintaan." kata peri Tambang,
"Apa itu?" tanya si Sulung,
"Aku ingin menjadikan si Tengah, sebagai suamiku. Aku adalah ratu peri disini, dan aku jatuh cinta kepadanya, manusia cerdik." jawab si peri Tambang, si Bungsu dan si Sulung terperangah mendengarnya,
"Hei, tukang tipu! Kau dengar itu?! Kau jadi rajaa...! Ahh...! Tukang tipu sepertimu ada gunanya juga rupanya!" cicitnya senang,
"Ini kan impianmu sejak lama, kak! Nikahilah!" kata si Bungsu,
"Aku tidak mau.." jawab si Tengah,
"Lah? Kenapa?" tanya si Bungsu,
"Aku tidak mau berpisah dengan kalian lagi, hanya kalian lah keluarga yang aku punya." jawab si Tengah,
"Tenang saja. Kalian akan tinggal disini juga. Membuka usaha tambang ini kembali dan hidup bahagia." kata peri Tambang,
"Tetap tidak bisa.." kata si Tengah, ia tersenyum licik mendengar gurat kecewa di wajah peri Tambang,
"Tetap tidak bisa ku tolak, Ratuku..." katanya seraya mengecup tangan peri Tambang, kakak dan adiknya pun saling berpelukan mendengar keputusan si Tengah.
    Si Tengah pun menikahi peri Tambang. Pesta diadakan dengan sangat meriah, mengundang Raja dan warga kota. Setelah menikah, mereka bertiga, bersama-sama menjalankan usaha tambang berlian itu dan menjadi kaya raya. Mereka banyak membantu pendatang dan warga kota saat kesusahan, untuk mengenang kehidupan sulit mereka yang dulu. Mereka pun kian akur dan akrab. Si Sulung sudah berhenti berjudi dan mabuk-mabukan, si Tengah berbahagia dengan istrinya, Ratu peri Tambang dan si Bungsu, berbahagia karena akhirnya ia dapat hidup bahagia dengan kedua kakak yang disayanginya.
                     Dan mereka pun hidup bahagia selamanya....
                                                               THE END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (Part 2)

Melangkah di bumi Serambi Mekkah

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (part 1)