Tombak Berlian part 1

      Pada zaman dahulu, di sebuah kota kecil, hiduplah tiga bersaudara sebatang kara. Mereka yatim piatu, dan tinggal di rumah warisan keluarga yang kecil dan sempit. Mereka bekerja pada tukang roti untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, namun, sayang, tak pernah cukup. Si Sulung, adalah seorang penjudi dan pemabuk. Uangnya ia habiskan untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Sementara si tengah adalah seorang pujangga yang berambisi menikahi putri raja. Ia menggunakan sebagian besar uangnya untuk membeli pakaian bagus yang mahal untuk terlihat kaya, dan merayu gadis-gadis kota. Sementara si bungsu, adalah anak yang paling bekerja keras. Ia bekerja seharian dan menabung sebagian uangnya untuk kebutuhan berikutnya, sementara ia membeli makan sehari dengan uang lainnya. Selain rajin, ia juga cerdas dan jujur, karena sifatnya inilah, ia mendapat kemudahan dari warga saat tudak memiliki uang.
      Suatu hari, si Bungsu kehabisan uang. Tabungannya sudah habis untuk membiayai kebutuhannya dan kedua kakaknya. Ia memeriksa dapur, dan tidak menemukan satu bahan makanan apapun untuk dimakan. Ia duduk termenung di lantai dapur yang berdebu seraya berpikir,
"Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang untuk makan hari ini? Kerja sampai besok pagi di toko pun juga takkan cukup." pkirnya, masih dengan dihantui tanda tanya di pikirannya, ia berjalan keluar rumah,
"Mungkin ada yang bisa kulakukan, daripada duduk terpekur di dalam rumah." pikirnya, ia berjalan keliling pusat kota, tak juga menemukan pekerjaa. Ia berjalan lagi ke sudut kota, dan melihat peternakan milik seorang bapak tua. Ia melihat si bapak tua sedang kebingungan,
"Wahai paman...!" serunya menyapa si Bapak Tua, ia mendekati si peternak tua itu,
"Apaa yang terjadi hingga membuat paman nampak kesusahan?" tanyanya,
"Oh anakku..!" isak si peternak tua,
"Domba-dombaku kabur, aku lupa mengunci pintu kandang mereka saat hendak memberi mereka makan." jelasnya,
"Bolehkah aku membantu paman mencari mereka?"tanya si Bungsu menawarkan bantuan,
"Oh anakku, engkau sangat baik. Bantulah peternak tua ini mencari dombanya yang hilang." jawab si Peternak tua, menerima penawaran si Bungsu. Si Bungsu pun berangkat mencari domba-domba milik Peternak tua, ditemani dua ekor anjing yang tadi ia pinjam darinya.
    Ia terus berjalan, hingga tak terasa ia masuk ke dalam hutan. Ia terus berjalan dan menemukan padang rumput yang luas, yang diapit oleh dua sisi hutan yang lebat. Ia menemukan domba-domba itu sedang asyik memakan rumput segar yang hijau memenuhi padang,
"Ah.. disini kalian rupanya. Ayo pulang." gumamnya,
"Kawan-kawan, bawa mereka padaku." katanya kepada anjing yang ia bawa, ia melepas kedua anjing itu dan mengawasi kemana mereka digiring. Setelah domba itu terpojok, ia menggiring mereka keluar, dan membawa pulang mereka dengan selamat sampai di peternakan. Setiba nya di peternakan, ia disambut oleh Peternak tua yang sangat gembira,
"Oh, anakku, terimakasih. Tapi aku tak punya apa-apa untuk membayarmu. Hanya punya sekantung tepung ini." kata si Peternak,
"Tidak apa-apa, paman. Terimakasih banyak. Ini juga sudah cukup untuk makan kami hari ini." kata si Bungsu,
'kalau segini, berarti aku terpaksa tidak makan.' pikirnya, ia menghela nafas, ia merelakan makan malamnya untuk kedua kakaknya. Ia pun pulang ke rumah.
     Sesampainya di rumah, kedua kakaknya sudah berada di rumah. Kakak Sulung terlihat mabuk berat, wajahnya merah padam dan matanya juga memerah,
"Hei, Bungsu! Mana uangmu?" tanyanya seraya menggebrak meja,
"T..Tidak ada, kak. Aku sudah tidak punya uang.." jawab si Bungsu gemetar,
"Lalu kita mau makan apa? Akankah kita mati kelaparan sengsara? Oh... tidak akan terjadi untuk pangeran seperti diriku ini!" cicit si Tengah,
"Aku hanya punya ini.." kata si Bungsu sambil menyodorkan tepung yang ia dapat dari Peternak tua. Si Sulung menepisnya kasar dan menarik kerah baju si Bungsu,
"Anak tidak berguna! Makan apa kita dengan tepung segitu, hah?!" tanyanya, ia melempar si Bungsu ke lantai,
"Ampun, kak, aku hanya dapat itu dari Peternak Tua." kata si Bungsu,
"Oh.. lancang benar kamu! Saudara sendiri dibiarkan kesusahan sementara kamu membantu oranglain.." kata si Sulung, kemudia ia menampar wajah adiknya,
"Aku tidak mau tahu alsanmu, bocah! Kau harus dapat makanan sebelum senja! Kalau tidak, kubunuh kau!" ancamnya seraya berlalu keluar rumah. Si Bungsu menangis dalam diam, dan memunguti tepungnya yang sudah kotor dan berantakan.Dengan sabar, ia masukkan lagi ke dalam kantung.
     Si Tengah merasa iba pada adiknya, yang sudah habis dimaki-maki oleh kakaknya. Ia membantu adiknya memasukkan tepung ke dalam kantung,
"Cepat duduk di bangku, obati dulu lukamu." katanya, si Bungsu menurut, ia duduk di kursi. Si Tengah mengambil mangkuk dan ia isi dengan air. Ia kembali pada si Bungsu,
"Sobek tirai di belakangmu." katanya, si Bungsu merobeknya dan memberikannya pada kakaknya. Si Tengah mencelupkan kain ke air dan membasuh wajah adiknya yang terluka akibat tamparan si Sulung,
"Dasar setan pasar, barangkali ia sudah buta akibat kebanyakan judi!" desisnya marah, si Bungsu hanya diam, ia bersyukur di dalam hati, bahwa kakaknya ini masih punya hati walaupun kadang sombong tak berperi,
"Sudah selesai. Sekarang, kau ikut aku." kata si Tengah,
"Kemana, kak?" tanya si Bungsu,
"Mencari harta karun." jawab si Tengah seraya menyodorkan undangan sayembara raja yang dicurinya,
"Tombak Berlian? Memangnya ada yang seperti itu?" tanya si Bungsu,
"Ah! Kau ini, buta dengan kejujuran dan kepolosan, hingga hal ajaib seperti ini saja tidak tahu." cemooh si Tengah,
"Tentu saja ada! Dan kita akan mencarinya hari ini! Hadiahnya, menikahi Putri Clara!" seru si Tengah kegirangan, di benaknya sudah terbayang bahwa impiannya akan terwujud,
"Kemana kita akan mencarinya?" tanya si Bungsu,
"Aku kenal dengan nenek tua yang hidup sendirian di sudut kota, dan orang bilang, dia adalah orang sakti. Kita akan bertanya kepadanya." kata si Tengah,
'Bukannya itu malah megundang bahaya? Karena dia orang sakti, dia juga pasti ingin memiliki tombak itu, dan dia punya senjata yang kita tidak punya.' pikir si Bungsu,
"Kau terlalu lama berpikir! Sudah ikut saja denganku.." ujar si Tengah seraya menarik adiknya keluar rumah dan menuju ke sudut kota untuk bertanya kepada si nenek sakti.
                                                                        $$$

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Story about The Island of Paradise

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (Part 2)

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (part 1)