Memparafrase puisi


Memparafrasekan puisi berarti merubah puisi ke dalam bentuk prosa, atau paragraf narasi. Narasi nya sendiri lebih berbentuk monolog, atau semacam recount. Gampangnya lagi, isi diary. Dalam merubah puisi ke dalam bentuk prosa, perlu ditambahkan beberapa kata pada bait tertentu, atau menggabungkan satu bait dengan bait yang lain dengan kata pilihan yang tepat. Kuncinya, terdapat pada kreatifitas kita masing-masing dalam bermain dan merangkai kata, sehingga terciptalah paragraf padu dari puisi tersebut. Perlunya kata-kata tambahan dan trik menggabungkan bait itu supaya paragraf tidak rancu. Ada beberapa puisi yang kadang jarak kronologi antar bait nya jauh. Jadi, perlu di tambah beberapa bagian dan di atur sedemikian rupa supaya menjadi paragraf. Feeling juga berperan penting dalam parafrase puisi, karena, jika kita dapat merasakan bait, maka akan mempermudah penentuan kata yang akan digunakan untuk menyatukan bait-bait tersebut.

Contoh:


Aku membutuhkanmu,mantan kekasihku
Disaat dia tak ada disisiku
Seperti saat ini
Saat dimana semua milikku hancur

Hentikanlah tangismu
Hapuslah airmatamu
Aku disini
Mendampingimu...menjagamu,cinta

Ini contoh bait puisi dengan sudut pandang 2 orang, jadi, dalam 1 puisi ada 2 sudut pandang yang berbeda. Nah, kalau mau merubah sudut pandangnya menjadi 1 sudut pandang, maka perlu  memlih sudut pandang. Bisa sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama, orang pertama pelaku sampingan, pelaku kedua sebagai pelaku sampingan ataupun pengamat. Kalau mau keluar dari cerita juga bukan masalah. Kalau mau mempertahankan 2 sudut pandang, agak susah. Paragrafnya lebih panjang dan memadukannya juga lebih rumit. Contoh parafrase nya,aku pilih satu sudut pandang. Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan.

"Malam ini, aku berjalan sendiri. beriringan dengan kendaraan lain yang berlalu lalang. Saat melintasi pagar rumahmu, aku terkejut saat kau membuka pintu dan menghambur dalam pelukanku. menangis pilu hingga memerah wajahmu. Aku pun bertanya apa yang terjadi,namun kau tiada menjawab. Dengan ragu, ku belai rambutmu, mencoba menenangkanmu.  Sudah...sudahilah tangismu, hapuslah airmatamu. Pilu ikut terasa mendengar isakmu. Sekarang ada aku, yang akan mendampingi dan bersedia menjadi wadah curahan hati mu."

Kurang lebih seperti itulah contoh yang dapat saya berikan. Mungkin sudah dapat memberikan gambaran kepada pembaca sekalian akan memparafrasekan puisi. Mohon maaf jika ada kesalahan. Semoga bermafaat :) 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (Part 2)

Melangkah di bumi Serambi Mekkah

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (part 1)