Dongeng Ramuan Cinta 2



Pangeran Frosty segera menyiapkan pasukan. Ratu dan dayang dayang diungsikan ke ruang bawah tanah, sementara Raja ikut memimpin peperangan. Saat Pangeran Mochao hendak menyusul, ia melihat putri Suiker tergeletak di lantai. Ia segera menghampiri putri dan menyadari bahwa putri telah diserang racun dari ramuan cinta, yang masih tersisa sepertiga nya di dekatnya,
“Penguasa Langit dan Bumi, aku mencintai wanita ini dengan segenap hatiku. Aku mohon, jadikanlah aku penyelamat baginya, dengan segenap jiwa dan ragaku.” Ucapnya sebelum meminumkan ramua cinta itu kepada putri Suiker. Seketika, ramuan cinta itu kembali seperti semula, dan berhasil menyelamatkan putri Suiker,
“Syukurlah engkau selamat, duhai pujaanku.” Kata sang pangeran, sang putri tersenyum lembut,
“Kamu tidak membutuhkan zat asing apapun untuk membuatku mencintaimu. Sudah disaksikan oleh waktu akan keluhuranmu. Jadilah engkau pendampingku.” Kata sang putri. Sang pangeran tersenyum, ia bahagia karena penantian dan kesabarannya tak sia-sia,
“Sebaiknya engkau pergi, putri. Aku akan ikut bersama kakakmu untuk melindungimu.” Kata pangeran. Sang putri pun bergegas pergi, bersamaan dengan pangeran yang segera turun ke medan perang.
            Pasukan kerajaan pun memulai peperangan. Peperangan berlangsung sengit, karena kedua pasukan sama-sama kuat. Di tengah pertempuran, mereka dikejutkan dengan kedatangan seekor naga besar yang bernafaskan api. Pasukan kerajaan pun tunggang langgang, begitupun musuh. Pangeran Mochao menyadari bahwa naga tersebut adalah jelmaan adiknya yang termakan kegelapan,
“Lindungi istana! Aku yang akan melawannya!!” seru nya. Ia pun menghadang naga itu dengan pedang terhunus,
“Aku lah lawanmu, budak kegelapan!” serunya lantang.  Ia pun berduel satu lawan satu dengan naga itu.
            Di ruang bawah tanah, pangeran Frosty sibuk berpikir bagaimana cara mengalahkan sang naga. Ia tahu bahwa Pangeran Mochao takkan sanggup melawannya seorang diri. Ia hendak pergi ke perpustakaan, saat adiknya mencegah,
“Tidak perlu, kak. Hanya dia yang bisa mengalahkan naga itu.”
“Adakah yang dapat kita lakukan untuk membantunya? Jikalau baginda tewas di tangan naga itu, maka tamat pula lah kita semua.” Kata pangeran Frosty. Semua ikut berpikir, hingga dayang tua nan arif berkata,
“kegelapan takluk kepada cahaya. Hujam jantungnya dengan cahaya yang menikam.”. Mata Pangeran Frosty bercahaya mendengar petunjuk itu. Ia segera mengambil tombak dan berlari ke halaman istana, dimana Pangeran Mochao tengah bertarung,
“Lari ke puncak menara!! Bawa dia ke atas!!” seru nya, bersamaan, kedua pangeran itu segera menuju ke puncak menara dari jalan yang berbeda.
            Sampai disana, Pangeran Frosty menyerahkan tombak yang diambilnya,
“Panggil petir, dan hujam jantungnya.” Katanya. Pangeran Mochao pun naik ke puncak yang lebih tinggi. Ia mengacungkan tombak itu ke atas. Langit bergemuruh, mulai menunjukkan datangnya petir. Naga itu menghembuskan api hitamnya ke pada pangeran, bersamaan dengan datangnya petir ke pada tombak pangeran. Pangeran Mochao segera melempar tombak itu, menembus kobaran api hitam dan menancap telak di jantung naga itu. Naga tersebut pun musnah jadi abu. Kerajaan pun selamat.
            Setelah peperangan itu, kerajaan pun mengadakan perbaikan besar-besaran, untuk memperbaiki kehancuran akibat perang. Seluruh rakyat beserta raja dan ratu turun ke berbagai tempat untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Setelah selesai perbaikan itu, dilangsungkanlah pesta pernikahan Putri Suiker dengan Pangeran Mochao yang telah menyelamatkan negeri nya. Pangeran Frosty pun mengantar adiknya ke pelaminan,
“Wah, gawat. Aku kalah oleh adikku sendiri.” Ucapnya seraya terkekeh pelan,
“Suatu hari, engkau yang akan berada disana, dan aku yang akan mengantar istrimu.” Kata putri Suiker seraya tersenyum. Bersamaan dengan dentang lonceng besar di menara, puluhan merpati putih dihempas sebagai tanda kebahagiaan. Dimulailah pesta besar bagi seluruh rakyat. Kerajaan pun kembali bersuka cita dan damai seperti sedia kala.///

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (Part 2)

Melangkah di bumi Serambi Mekkah

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (part 1)