Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Loreng MACAN di Pemakaman Hewan (part 2)

Kami pun bergerak ke tujuan kami berikutnya, yaitu ke Blok M Plaza untuk menonton film horror “ Pet Cematary”  yang diadaptasi dari novel karya Stephen King. Tadinya, kami hendak ke Blok M dengan menaiki kereta MRT dari Gelora Bung Karno, itu berarti kami perlu menaiki bis yang tadi kami naiki saat berangkat ke museum MACAN ini. Masalahnya, karena kami tadi turun dari bis di pinggir jalan tol, kami gak tahu harus berjalan ke arah mana untuk menaiki bis kembali ke arah GBK. Jadi, kami memutuskan untuk menaiki taksi online untuk kembali ke Gelora Bung Karno. Kami berjalan sambil sesekali bercanda menuju stasiun Istora Mandiri, yang terletak cukup jauh dari halte Gelora Bung Karno. Adzan zuhur terdengar sayup-sayup di siang hari yang luar biasa cerah itu, kami mempercepat langkah ke stasiun MRT supaya bisa segera berteduh. Fuuh! Luar biasa teriknya! Kami menaiki kereta MRT menuju stasiun Blok M, berjalan sedikit untuk mencapai Blok M Plaza. Sampai disana, kami membeli tiket terlebih

Loreng MACAN di "Pemakaman Hewan" (part 1)

Gua mengaku, gua bukan tipikal orang yang artistik. Gua gak begitu paham tentang seni rupa, jadi gua juga kurang mampu dalam menginterpretasi dan mengapresiasi suatu karya seni. Palingan yang gua bisa lakukan hanya mengamati gerak dan warna yang diabadikan dan mencoba menarik potongan makna dari situ.   Gua bukan orang yang cukup teliti dan disiplin untuk menerjemahkan suatu ide dalam wujud suatu karya seni. Okay, back to the story . Jum’at 12 April 2019. Gua akhirnya berkesempatan untuk kembali jalan-jalan dengan Jasmine dan Ibri. Hari itu, kami akan pergi mengunjungi Museum MACAN ( Modern And Contemporary Art in Indonesia) . Kami sepakat untuk bertemu di halte Gelora Bung Karno jam 8 pagi, untuk naik bis ke Kebon Jeruk bersama. Gua berangkat dari rumah sekitar jam 06.45 pagi, sampai di halte Pramuka BPKP sekitar 6 menit kemudian. Gua menaiki bis yang menuju arah Bundaran Senayan, supaya bisa langsung turun di GBK, tapi ternyata bis nya penuh. Gua yang malas jadi sarden hari itu

Moda Raya Terpadu dan Kemewahan Batavia (part 2)

Kami mengambil tempat di lantai dua café tersebut. Bgeitu masuk ke dalam café pun, sudah terlihat kesan mewah dari interior dan dekorasi klasik hingga ke setiap sudut café. Gak heran kalau café itu dibilang berkelas karena tempatnya aja sudah sangat nyaman. Ruang makan di lantai dua terletak setelah ruangan lounge dan bar , menghadap langsung ke Museum Fatahilah. Ruang makannya full AC, dengan kursi kayu ringan dan meja berselimut taplak putih dengan hiasan batik, yang dilengkapi vas kecil dan tempat garam-merica. Pelayan disana berseragam rapih semua, lengkap dengan kebaya dan sepatu pantofel. Bahkan, mereka juga memakai intercom untuk berkordinasi. Suasana ruang makan yang tenang diiringi dengan alunan musik klasik, membuat kami merasa sedang makan siang di Titanic. Pelayan datang membawakan buku menu, yang langsung gua buka. Gua mulai menaruh tangan di kepala saat melihat harga makanan yang luar biasa istimewa, bahkan air mineral pun dibandrol dengan harga Rp. 40,000 (Aqua Refl

Moda Raya Terpadu dan Kemewahan Batavia (part 1)

Yeay! Jakarta sekarang punya transportasi baru! Yup! The MRT is here, finally! Ini cerita gua jalan-jalan seharian naik MRT kemarin. Selasa 9 April. Gua bangun pagi dan melakukan kegiatan rutin seperti biasa; shalat subuh, menyapu dan bersih bersih rumah. Gua udah ada janji hari ini buat jalan-jalan sama, Syavick, pacar gua, ke Kota Tua. No specific reason , pengen main aja kesana. Tadinya doi minta hari Senin, tapi gua bilang museum tutup tiap hari senin. Jadi ya udah, kita baru jalan hari Selasa. Setelah gua mandi dan rapih-rapih, gua beranjak keluar dari rumah buat berangkat bareng naik Transjakarta. Gua chat doi, ternyata doi baru bangun karena ketiduran. Doi bilang gua berangkat duluan aja. I said yes and then walked out the gate to the bus shelter . Sampe di halte, gua chat Syavick lagi. Doi bilang gua jalan duluan aja ke stasiun MRT nya dan ketemu disana. Kebetulan ada bis tujuan Bundaran Senayan yang berhenti di halte, gua pun langsung naik. Setelah menempuh perjalana