Firasat
"Apa?!" pekik Nanda, walau tak mengeluakan suara lapangan nya, tapi cukup mengagetkan lawan bicara di telepon nya,
"Kenapa gak ada yang ngasih tau gue, kalo Pramita jadi ke Jepang hari ini sih?" tanyanya,
"Iya sorry. Handphone anak-anak pada low." jawab lawan bicaranya, Suci, Nanda menghela nafas,
"Ya udah deh. Bilangin ke Pram, gue gak bisa nganterin dia ke bandara. Gue ada di Tasik. Salam dari gue." katanya,
"Oke sip! Happy holiday, Nan." balas Suci,
"Iya. sama-sama." Nanda mengakhiri pembicaraannya di telepon dengan Suci. Ia menoleh ke langit Tasikmalaya yang agak pucat. Entah kenapa, ia merasa ada yang ganjil,
"Please deh, Nan, jangan mulai paranoid lagi." katanya pada dirinya sendiri, ia mengangkat bahu sejenak dan masuk ke dalam rumah.
* * *
"Teteh, lihat deh. Awannya lucu bangeet!" seru seorang bocah laki-laki seraya berlari mendekati bibir sawah, Nanda yang mengekor di belakang anak itu menoleh ke langit dan mengenali lukisan langit yang tidak disengaja itu
DEG!
"Astaghfirullah..." ucapnya pelan, ia terpaku memandangi kumpulan awan yang berarak ke Selatan itu,
"Kok bisa mirip sama senyumnya Pram sih?" gumamnya, ia membuang pandangan sejenak dan memandang ke langit lagi,
Awannya hilang pikirnya, ia mulai termenung,
Apa ini.... firasat?
* * *
@Mahigashidiana
Tokyoooo....!! Tadaima....! Alhamdulillah, sampe juga akhirnya di negeri impian gue :D Bismillah!- 4 hours ago-
Nanda tersenyum lega melihat kicauan Pramita di twitter, menyatakan kedatangannya dengan selamat di negeri Sakura itu.
"Sampe juga lo disana, Pram. Akhirnya.." katanya, seraya mengetikkan balasan tweet dari Pramita,
@nandanzl ,-
@Mahigashidiana
Cieee... udah do Tokyo. Oleh-oleh ya, Pram, jangan lupa. Sorry gak bisa nganter ke bandara tadi pagi
pesannya pun terkirim, tak lama, terdengar sampainya balasan,
@Mahigashidiana, -
@nandanzl siap, ibu ketua...! ;) tunggu aja disitu, nanti gue anter pake telepati :P Iya, gak apa-apa kok :)
"Lo kira telepati, bagian dari paket TIKI apa..." gumam Nanda, ia memandangi bulan sabit yang benderang di langit malam. Ditemani bintang-bintang, bulan sabit itu menyapa ramah semua mahluk di bumi malam ini. Namun, matanya kembali melihat keganjilan,
"Apaan sih? Kayaknya gue harus periksa mata deh." katanya setengah hati,
Lagi-lagi... senyumnya Pramita. Kenapa sih gue? atau... Pramita yang bakal...
"Teteh...! ayo makan dulu...!" seru mama dari dapur,
"Iya..!" balas Nanda, segera memasuki dapur.
* * *
Drrrtt....! PING...!! Handphone Nanda bergetar dan melengking nyaring, membangunkan pemiliknya,
duuh... siapa sih, BBM gue dini hari begini? gerutu Nanda, ia membuka kunci hape nya dan membaca pesan,
Hn...? kok kak Rafael sih? tanyanya heran,
N: "Iya, kak? Ada apa?"
R: "Eh? kok kamu? Maaf, kyknya saya salah nge-PING. Maaf ya, ganggu lagi tidur."
"Cukup tahu aja, artis bisa salah nge-PING orang. Pramita aja kek,yang jelas-jelas ngarep, gak usah gue." gerutunya pelan,
N: "Oh... iya. Gak apa-apa, kak."
setelahnya chat terhenti dengan tanda "read" dari Rafael. Nanda kembali melanjutkan tidurnya. Tanpa ia ketahui, personal message sang idola, yang tadi mengacaukan tidurnya berubah,
np. Firasat
* * *
Nanda baru saja tiba di Jakarta setelah menghabiskan setengah dari liburannya di Tasikmalaya. Ia baru saja selesai membantu orangtua nya merapihkan barang-barang, dan kini terduduk di sofa rumahnya dan mendengarkan lagu Mirror dari Justin Timberlake di handphone nya.
BRUUK! PRAAANG!! kekacauan mendadak terjadi, Nanda melepas earphone nya dan masuk ke dalam rumah. Ia segera membantu adiknya yang tadi menabrak rak dan memecahkan sebuah bingkai puisi,
Ini kan... puisi nya Pram...
Mendadak ia merasa cemas, perasaa tidak enak langsung menyergapnya,
"Assalamu'alaikum...! Nanda...!" seru suara di luar, Nanda berlari keluar dan menemukan teman-temannya ada di depan gerbang,
"Nan, kita mau ke kedutaan Jepang sekarang. Jepang gempa tadi pagi, tepat di Tokyo, dan sekarang, kita mau liat informasi korbannya." kata Suci,
"Hah?! Gempa?!" pekik Nanda, perasaannya makin gundah,
"Iya. Lo mau ikut gak? kalo mau ikut, ayo! Udah ditungguin di Genjing, sama orangtuanya Pram." kata Fika,
"Gue ikut. Tunggu bentar!" Nanda berlari masuk ke dalam, mengambil apapun yang dia perlukan dan pamit kepada kedua orangtuanya. Setelahnya, ia segera berlari ke Genjing bersama teman-temannya.
Jadi, yang gue liat selama ini itu... Firasat?
* * *
Rupanya, tak hanya dia dan teman-temannya yang melesat ke kedutaan Jepang ini. Ia melihat ratusan orang lainnya yang mencari kabar sanak saudara mereka, juga berlarian ke lobby utama gedung. Ia diliputi rasa cemas yang luar biasa, keringat dingin beberapa kali menetes dari pelipisnya. Ia berlari menuju lobby utama gedung, yang tidak begitu jauh dari tempat parkir.
Sesampainya di lobby utama, langkahnya menarik nya ke arah layar LCD besar yang terpampang di depan meja receptionist.
"Nanda....!!" seru sebuah suara, dan terlihat seorang pria muda melangkah cepat ke arahnya. Ia membuka kacamata hitamnya dan menampakan wajah oriental nya yang tersohor di penjuru negeri sebagai salah satu anggota Boyband papan atas negeri ini,
"Gimana? udah nemu kabar soal Pram?" tanyanya,
"Belum, kak. Kita juga baru sampe sini." jawab Nanda, tanpa kesepakatan verbal, mereka langsung menyerbu LCD besar di lobby utama dan melihat staf kedutaan menyampaikan berita,
"Korban jiwa maupun korban selamat belum bisa dipastikan. Pihak KBRI di Jepang juga sedang memantau disana. Kementrian luar negeri Jepang mengharapkan yang terbaik bagi seluruh Warga Negara Indonesia yang ada di Jepang, semoga mereka semua selamat." mendengar pemberitahuan itu, Nanda berbalik dan menghentak lantai,
"Belum bisa ditentuin pula! Harusnya dia gak usah ke Jepang kalo kayak gini caranya Universitas dalam negeri juga banyak yang bagus, kenapa harus ke Jepang?! " seru Nanda kesal,
"Sabar, Nan. Kita gak bisa ngehalangin dia kesana, karena itu cita-cita dia. Kita gak bisa maksain itu. Berdoa aja supaya dia baik-baik aja disana." kata Tenri,
"Tapi, Ten, kalo buat cita-citanya, dia..."
"Gak ada yang tau, kapan kita dapat berkat dari Tuhan, kapan ketemu jodoh dan kapan kita mati, Nan. Termasuk temen kamu. Kalo emang Tuhan berencana kayak gitu, kita mau bilang apa? Itu bukan salah siapa-siapa. Dibalik semua ini pasti ada hikmah, dan Tuhan gak pernah tidur. Pasti ada Kuasa-Nya, pasti ada jalan keluar dari-Nya. Gak ada yang bisa jamin 'kan, dia bakal selamat atau mati? Percaya aja Tuhan akan melindunginya." perkataan seorang idola di sampingnya membuat Nanda bungkam, dan menggumamkan istighfar pelan,
"Sejak keberangkatannya, saya lihat pertanda, kak. Itu bikin saya gelisah...dan jadi begini."
"Firasat ya?" sang idola bergumam,
"Mungkin.."
"Selalu ada makna dibalik semua pertanda. Apalagi, dikasih ke orang se peka kamu. Itu jelas firasat." hening mewarnai atmosfer tegang diantara mereka,
"Kenapa saya yang dapet? Emangnya kakak enggak?" tanya Nanda,
"Saya juga dapet pesan terselubung itu. Tapi, karena saya bukan orang yang peka, jadi saya biasa aja. Cuma semalem, saat saya BBM kamu, itu niatnya ke Pram. Cuma gara-gara waktu itu lagi di mobil dan supir nya mendadak nginjak rem, ya udah. Hape saya jatuh dan gak sengaja ke touch nama kamu. Mulai dari situ saya baru curiga. Tapi gak tau kalo bakalan kayak gini."
"Oh jadi..." belum sempat Nanda mengakhiri kalimatnya, pihak kedutaan Jepang mengabarkan informasi terkini,
"Telah ditemukan pelajar asal Indonesia, peserta pertukaran pelajar dari SMA Negeri 31 Jakarta atas nama Pramita Diana putri, dalam keadaan selamat." serempak, anggota Paskibra SMA Negeri 31 yang datang hari itu melakukan sujud syukur, terutama sang ketua yang kini diliputi kelegaan luar biasa. Sang idola juga memuji kebesaran Tuhan kepada fans nya itu, dan menghapus jejak airmata yang hendak keluar dari mata sipitnya.
* * *
Pramita disambut oleh teman-temannya saat pulang ke Indonesia. Mereka memeluknya dan melampiaskan segala kecemasan mereka kepadanya. Tak ada cidera berat yang dideritanya, hanya luka kecil di kepala dan kaki kanannya, akibat bergesekan dengan reruntuhan gedung. Ia akan kembali ke Jepang semester depan, dan kini ia memiliki banyak waktu bersama keluarga dan teman-temannya, yang sudah dibuatnya resah, karena gempa tak terduga yang terjadi di Jepang saat itu.
Angin berhembus pelan di gedung SMA Negeri 31, menerpa wajah Nanda, yang tersenyum menatap langit.
Terimakasih ya Rab, atas kasih sayang-Mu kepada kami, hingga Engkau menjaga kesatuan kami hingga hari ini. Tiada daya dan kekuatan, kecuali Kuasa-Mu. Terimakasih
THE END
"Kenapa gak ada yang ngasih tau gue, kalo Pramita jadi ke Jepang hari ini sih?" tanyanya,
"Iya sorry. Handphone anak-anak pada low." jawab lawan bicaranya, Suci, Nanda menghela nafas,
"Ya udah deh. Bilangin ke Pram, gue gak bisa nganterin dia ke bandara. Gue ada di Tasik. Salam dari gue." katanya,
"Oke sip! Happy holiday, Nan." balas Suci,
"Iya. sama-sama." Nanda mengakhiri pembicaraannya di telepon dengan Suci. Ia menoleh ke langit Tasikmalaya yang agak pucat. Entah kenapa, ia merasa ada yang ganjil,
"Please deh, Nan, jangan mulai paranoid lagi." katanya pada dirinya sendiri, ia mengangkat bahu sejenak dan masuk ke dalam rumah.
* * *
"Teteh, lihat deh. Awannya lucu bangeet!" seru seorang bocah laki-laki seraya berlari mendekati bibir sawah, Nanda yang mengekor di belakang anak itu menoleh ke langit dan mengenali lukisan langit yang tidak disengaja itu
DEG!
"Astaghfirullah..." ucapnya pelan, ia terpaku memandangi kumpulan awan yang berarak ke Selatan itu,
"Kok bisa mirip sama senyumnya Pram sih?" gumamnya, ia membuang pandangan sejenak dan memandang ke langit lagi,
Awannya hilang pikirnya, ia mulai termenung,
Apa ini.... firasat?
* * *
@Mahigashidiana
Tokyoooo....!! Tadaima....! Alhamdulillah, sampe juga akhirnya di negeri impian gue :D Bismillah!- 4 hours ago-
Nanda tersenyum lega melihat kicauan Pramita di twitter, menyatakan kedatangannya dengan selamat di negeri Sakura itu.
"Sampe juga lo disana, Pram. Akhirnya.." katanya, seraya mengetikkan balasan tweet dari Pramita,
@nandanzl ,-
@Mahigashidiana
Cieee... udah do Tokyo. Oleh-oleh ya, Pram, jangan lupa. Sorry gak bisa nganter ke bandara tadi pagi
pesannya pun terkirim, tak lama, terdengar sampainya balasan,
@Mahigashidiana, -
@nandanzl siap, ibu ketua...! ;) tunggu aja disitu, nanti gue anter pake telepati :P Iya, gak apa-apa kok :)
"Lo kira telepati, bagian dari paket TIKI apa..." gumam Nanda, ia memandangi bulan sabit yang benderang di langit malam. Ditemani bintang-bintang, bulan sabit itu menyapa ramah semua mahluk di bumi malam ini. Namun, matanya kembali melihat keganjilan,
"Apaan sih? Kayaknya gue harus periksa mata deh." katanya setengah hati,
Lagi-lagi... senyumnya Pramita. Kenapa sih gue? atau... Pramita yang bakal...
"Teteh...! ayo makan dulu...!" seru mama dari dapur,
"Iya..!" balas Nanda, segera memasuki dapur.
* * *
Drrrtt....! PING...!! Handphone Nanda bergetar dan melengking nyaring, membangunkan pemiliknya,
duuh... siapa sih, BBM gue dini hari begini? gerutu Nanda, ia membuka kunci hape nya dan membaca pesan,
Hn...? kok kak Rafael sih? tanyanya heran,
N: "Iya, kak? Ada apa?"
R: "Eh? kok kamu? Maaf, kyknya saya salah nge-PING. Maaf ya, ganggu lagi tidur."
"Cukup tahu aja, artis bisa salah nge-PING orang. Pramita aja kek,yang jelas-jelas ngarep, gak usah gue." gerutunya pelan,
N: "Oh... iya. Gak apa-apa, kak."
setelahnya chat terhenti dengan tanda "read" dari Rafael. Nanda kembali melanjutkan tidurnya. Tanpa ia ketahui, personal message sang idola, yang tadi mengacaukan tidurnya berubah,
np. Firasat
* * *
Nanda baru saja tiba di Jakarta setelah menghabiskan setengah dari liburannya di Tasikmalaya. Ia baru saja selesai membantu orangtua nya merapihkan barang-barang, dan kini terduduk di sofa rumahnya dan mendengarkan lagu Mirror dari Justin Timberlake di handphone nya.
BRUUK! PRAAANG!! kekacauan mendadak terjadi, Nanda melepas earphone nya dan masuk ke dalam rumah. Ia segera membantu adiknya yang tadi menabrak rak dan memecahkan sebuah bingkai puisi,
Ini kan... puisi nya Pram...
Mendadak ia merasa cemas, perasaa tidak enak langsung menyergapnya,
"Assalamu'alaikum...! Nanda...!" seru suara di luar, Nanda berlari keluar dan menemukan teman-temannya ada di depan gerbang,
"Nan, kita mau ke kedutaan Jepang sekarang. Jepang gempa tadi pagi, tepat di Tokyo, dan sekarang, kita mau liat informasi korbannya." kata Suci,
"Hah?! Gempa?!" pekik Nanda, perasaannya makin gundah,
"Iya. Lo mau ikut gak? kalo mau ikut, ayo! Udah ditungguin di Genjing, sama orangtuanya Pram." kata Fika,
"Gue ikut. Tunggu bentar!" Nanda berlari masuk ke dalam, mengambil apapun yang dia perlukan dan pamit kepada kedua orangtuanya. Setelahnya, ia segera berlari ke Genjing bersama teman-temannya.
Jadi, yang gue liat selama ini itu... Firasat?
* * *
Rupanya, tak hanya dia dan teman-temannya yang melesat ke kedutaan Jepang ini. Ia melihat ratusan orang lainnya yang mencari kabar sanak saudara mereka, juga berlarian ke lobby utama gedung. Ia diliputi rasa cemas yang luar biasa, keringat dingin beberapa kali menetes dari pelipisnya. Ia berlari menuju lobby utama gedung, yang tidak begitu jauh dari tempat parkir.
Sesampainya di lobby utama, langkahnya menarik nya ke arah layar LCD besar yang terpampang di depan meja receptionist.
"Nanda....!!" seru sebuah suara, dan terlihat seorang pria muda melangkah cepat ke arahnya. Ia membuka kacamata hitamnya dan menampakan wajah oriental nya yang tersohor di penjuru negeri sebagai salah satu anggota Boyband papan atas negeri ini,
"Gimana? udah nemu kabar soal Pram?" tanyanya,
"Belum, kak. Kita juga baru sampe sini." jawab Nanda, tanpa kesepakatan verbal, mereka langsung menyerbu LCD besar di lobby utama dan melihat staf kedutaan menyampaikan berita,
"Korban jiwa maupun korban selamat belum bisa dipastikan. Pihak KBRI di Jepang juga sedang memantau disana. Kementrian luar negeri Jepang mengharapkan yang terbaik bagi seluruh Warga Negara Indonesia yang ada di Jepang, semoga mereka semua selamat." mendengar pemberitahuan itu, Nanda berbalik dan menghentak lantai,
"Belum bisa ditentuin pula! Harusnya dia gak usah ke Jepang kalo kayak gini caranya Universitas dalam negeri juga banyak yang bagus, kenapa harus ke Jepang?! " seru Nanda kesal,
"Sabar, Nan. Kita gak bisa ngehalangin dia kesana, karena itu cita-cita dia. Kita gak bisa maksain itu. Berdoa aja supaya dia baik-baik aja disana." kata Tenri,
"Tapi, Ten, kalo buat cita-citanya, dia..."
"Gak ada yang tau, kapan kita dapat berkat dari Tuhan, kapan ketemu jodoh dan kapan kita mati, Nan. Termasuk temen kamu. Kalo emang Tuhan berencana kayak gitu, kita mau bilang apa? Itu bukan salah siapa-siapa. Dibalik semua ini pasti ada hikmah, dan Tuhan gak pernah tidur. Pasti ada Kuasa-Nya, pasti ada jalan keluar dari-Nya. Gak ada yang bisa jamin 'kan, dia bakal selamat atau mati? Percaya aja Tuhan akan melindunginya." perkataan seorang idola di sampingnya membuat Nanda bungkam, dan menggumamkan istighfar pelan,
"Sejak keberangkatannya, saya lihat pertanda, kak. Itu bikin saya gelisah...dan jadi begini."
"Firasat ya?" sang idola bergumam,
"Mungkin.."
"Selalu ada makna dibalik semua pertanda. Apalagi, dikasih ke orang se peka kamu. Itu jelas firasat." hening mewarnai atmosfer tegang diantara mereka,
"Kenapa saya yang dapet? Emangnya kakak enggak?" tanya Nanda,
"Saya juga dapet pesan terselubung itu. Tapi, karena saya bukan orang yang peka, jadi saya biasa aja. Cuma semalem, saat saya BBM kamu, itu niatnya ke Pram. Cuma gara-gara waktu itu lagi di mobil dan supir nya mendadak nginjak rem, ya udah. Hape saya jatuh dan gak sengaja ke touch nama kamu. Mulai dari situ saya baru curiga. Tapi gak tau kalo bakalan kayak gini."
"Oh jadi..." belum sempat Nanda mengakhiri kalimatnya, pihak kedutaan Jepang mengabarkan informasi terkini,
"Telah ditemukan pelajar asal Indonesia, peserta pertukaran pelajar dari SMA Negeri 31 Jakarta atas nama Pramita Diana putri, dalam keadaan selamat." serempak, anggota Paskibra SMA Negeri 31 yang datang hari itu melakukan sujud syukur, terutama sang ketua yang kini diliputi kelegaan luar biasa. Sang idola juga memuji kebesaran Tuhan kepada fans nya itu, dan menghapus jejak airmata yang hendak keluar dari mata sipitnya.
* * *
Pramita disambut oleh teman-temannya saat pulang ke Indonesia. Mereka memeluknya dan melampiaskan segala kecemasan mereka kepadanya. Tak ada cidera berat yang dideritanya, hanya luka kecil di kepala dan kaki kanannya, akibat bergesekan dengan reruntuhan gedung. Ia akan kembali ke Jepang semester depan, dan kini ia memiliki banyak waktu bersama keluarga dan teman-temannya, yang sudah dibuatnya resah, karena gempa tak terduga yang terjadi di Jepang saat itu.
Angin berhembus pelan di gedung SMA Negeri 31, menerpa wajah Nanda, yang tersenyum menatap langit.
Terimakasih ya Rab, atas kasih sayang-Mu kepada kami, hingga Engkau menjaga kesatuan kami hingga hari ini. Tiada daya dan kekuatan, kecuali Kuasa-Mu. Terimakasih
THE END
Komentar
Posting Komentar