I heart you, Danchou-sama!

"Kamu...anggota paskibra ya?"
"Kok tahu?"
"Karena kamu telah mengibarkan bendera cinta di hatiku."
"Eeeeaaaa....!!" kelas 10-G pun bersorak mendengar gombalan yang dilancarkan Diana. Ia memang ahli nya dalam urusan gombal, sampai mendapat gelar "Ratu Gombal" di kelasnya 10-G. Semboyannya adalah "make the boys forgot that they come from earth". Keampuhan gombalannya bahkan terkenal hingga ke OSIS Nishigaku Senior High School, tempatnya menuntut ilmu ini.
"Eh,Di. lagi dong. mumpung belum jam 13:15." pinta Karla,
" Hmm...gimana ya? udah mampet nih." kata Diana,
"Ayolah, Di." bujuk yang lain,
"Ya deh. 1 yang "jleb" gue persembahkan untuk kalian semua." kata Diana, ia berpikir sejenak hingga tercetus satu ide,
"Kamu tahu gak, katana itu kalo di Indonesia buat apa?" tanya Diana,
"Buat tawuran."
"Salah."
"Buat ngupas duren."
"Salah."
"Buat membuka hatimu"
"-_____- yang lagi gombal siapa?"
"Gak tau deh. nyerah."
"Sebenarnya, jawaban kamu benar semua, tapi aku mau mempergunakannya sesuai fungsi aslinya."
"Apa tuh?"
"Untuk melakukan harakiri jika sekali saja aku menyakitimu."
"Woooo....!!" kelas 10-G bersorak, Diana menbungkukkan badan,
"Arigatou atas waktunya. sekarang, kembali ke tempat duduk kalian. gue mau panggil Ardy-sensei kesini." kata Diana,
"Yaaahhh...."
"Berani protes?"tanya Diana dengan aura membunuh yang menguar kuat darinya, 10-G hanya tersenyum pasrah dan melambaikan tangan. Diana melenggang keluar kelas menuju ruang guru.

****
Diana Hinata Putri. Gadis yang terkenal dengan julukan "Ratu Gombal dari 10-G". Dia memegang jabatan sebagai wakil ketua kelas 10-G. Ia dikenal sebagai pribadi yang periang. Ia tak pernah memilih dalam bergaul. Sosoknya yang demikian membuatnya memiliki banyak teman, termasuk dari kelas lain dan dari kakak kelas. Ia memiliki seorang kakak yang bersekolah di tempat yang sama dengannya, yang bernama Ronald. Ia kelas 12 Bahasa, jurusan yang sama yang rencananya akan dipilih Diana saat kelas 11 nanti. Ia tak bisa jauh dari adiknya, bisa dibilang 'sister complex'. jadinya, ia juga mengikuti eskul yang sama dengan Diana, yaitu Paskibra.

Diana tiba di ruang guru, mengetuk pintu dan melangkah masuk ke ruang guru. Disana, beberapa guru menyambutnya ramah. Keluar-masuk ruang guru bukanlah kegiatan asing lagi baginya, dan karena itulah ia terkenal di kalangan guru, selain karena tugas-tugasnya dan keikut sertaannya dalam Paskibra.Pas sekali, guru yang ia cari ada di mejanya, tengah merapihkan buku-buku dan hasil ulangan yang akan dibagikannya kepada 10-G.
"Konnichiwa, sensei." salam Diana,
"Eh? Diana. Konnichiwa." balas Ardy-sensei,
"sensei sudah ditunggu." kata Diana,
"10-G yang menunggu atau kamu yang menunggu?" tanya Ardy-sensei,
"10-G lah, sensei." jawab Diana,
"Baiklah. Kamu kembali ke kelas dulu, katakan pada 10-G untuk ke lapangan. Kita outing class hari ini." kata Ardy-sensei,
"Baik,sensei."Diana berbalik dan tak sengaja tertabrak seseorang. Buku yang dibawa orang itu jatuh berserakan,Diana langsung membungkuk,
"Sumimasen. maaf, sensei, saya tidak melihat sensei datang." kata Diana,
"Jangan bicara saja. Ambil." balas orang itu,Diana mengangkat pandangan. ternyata, yang menabraknya adalah seniornya yang terkenal paling galak. Klause Delwynsforck, kelas 12 IPA 1.Ia meneguk salivanya,
'Kenapa harus bertemu dengan senpai-galak sih?' batinnya,Diana mengambil buku-buku itu dan menyerahkannya kepada Klause. Bukannya berterimakasih, Klause langsung pergi melewati Diana. gadis itu pun kesal dibuatnya,
'Kalau saja ia bukan senior, aku sudah melumat habis dia.' batin Diana geram,
"Diana, mau sampai kapan kamu diam begitu? ayo cepat." kata Ardy-sensei, Diana tersentak,
"Ah! ya, sensei." Diana langsung melangkah cepat meninggalkan ruang guru menuju kelasnya.
'Apa istimewanya orang seperti itu? kenapa bisa banyak yang jatuh cinta pada Klause-senpai? jangan sampai aku termasuk diantara mereka. euh...' batin Diana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Story about The Island of Paradise

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (Part 2)

Cappadocia : Menggapai Fajar di Tanah Impian (part 1)