Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Tombak Berlian part 3

    Setelah mereka berlari jauh, mereka sampai ke depan mulut tambang. Saat hendak masuk, mereka dicegat oleh monser tambang yang besar dan menakutkan, "Selamat datang di tambang runtuh. Seorang pemuda baru saja masuk, karena berhasil. Kalau kalian juga berhasil, kalian boleh masuk." kata monster itu dengan suara berat, "Baiklah. Apa ujianmu?" tanya si Sulung, "Aku ada di ekor Kijang, di bawah Jurang dan di ujung Lorong. Tapi aku bisa berpindah ke kepala Gajah dan menghilang ketika ada kabut. Siapakah aku?" tanya monster itu, si Sulung terperanjat, 'Soal macam apa itu?' pekiknya, "Huruf G?" tanya si Bungsu, monster itu tersenyum puas, "Jawaban bagus, anak muda. Benar sekali." katanya, "Satu lagi. Bergelar panas ketika aku menempati empat ruang, bergelar dingin saat aku menempati ruangan yang tidak sempurna, semua mahluk hidup memiliki aku, kecuali tumbuhan. Jika kaya, aku akan terang, jika miskin aku akan gelap, siap

Tombak Berlian part 2

    Mereka berjalan menuju sudut kota. Tak sengaja, mereka bertemu dengan si Sulung yang tengah mengamuk, "Astaga..! Setan pasar itu bikin ulah lagi!" seru si Tengah dramatis, "Iya, setan pasar itu juga kakakmu, kak! Ayo larii...!" si Bungsu menarik tangan si Tengah dan berlari menjauh dari si Sulung. Si Sulung melihatnya dan mengejar mereka, "Kembali kesini, anak kurangajar!" serunya berang, "Kamu punya rencana apa, bocah?" tanya si Tengah, "Sudah, jangan bawel! Lihat nanti saja." jawab si Bungsu, sampai di sumur, ia melihat seseorang sedang menimba air. Ia merebut ember yang sudah penuh dan melempar airnya kepada si Sulung. Begitu kuatnya ia melempar air sampai si Sulung pingsan. Ia pun panik dan terus berlari dari kota menuju hutan.    Sesampainya di hutan, ia berhenti berlari, dan melepaskan tangan kakaknya, "Apakah si Sulung mati? Ini semua gara-gara ulahmu, anak bodoh!" caci si Tengah, "Kalau tidak begitu, k

Tombak Berlian part 1

      Pada zaman dahulu, di sebuah kota kecil, hiduplah tiga bersaudara sebatang kara. Mereka yatim piatu, dan tinggal di rumah warisan keluarga yang kecil dan sempit. Mereka bekerja pada tukang roti untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, namun, sayang, tak pernah cukup. Si Sulung, adalah seorang penjudi dan pemabuk. Uangnya ia habiskan untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Sementara si tengah adalah seorang pujangga yang berambisi menikahi putri raja. Ia menggunakan sebagian besar uangnya untuk membeli pakaian bagus yang mahal untuk terlihat kaya, dan merayu gadis-gadis kota. Sementara si bungsu, adalah anak yang paling bekerja keras. Ia bekerja seharian dan menabung sebagian uangnya untuk kebutuhan berikutnya, sementara ia membeli makan sehari dengan uang lainnya. Selain rajin, ia juga cerdas dan jujur, karena sifatnya inilah, ia mendapat kemudahan dari warga saat tudak memiliki uang.       Suatu hari, si Bungsu kehabisan uang. Tabungannya sudah habis untuk membiayai kebutuhannya dan ked