Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

Memparafrase puisi

Memparafrasekan puisi berarti merubah puisi ke dalam bentuk prosa, atau paragraf narasi. Narasi nya sendiri lebih berbentuk monolog, atau semacam recount. Gampangnya lagi, isi diary. Dalam merubah puisi ke dalam bentuk prosa, perlu ditambahkan beberapa kata pada bait tertentu, atau menggabungkan satu bait dengan bait yang lain dengan kata pilihan yang tepat. Kuncinya, terdapat pada kreatifitas kita masing-masing dalam bermain dan merangkai kata, sehingga terciptalah paragraf padu dari puisi tersebut. Perlunya kata-kata tambahan dan trik menggabungkan bait itu supaya paragraf tidak rancu. Ada beberapa puisi yang kadang jarak kronologi antar bait nya jauh. Jadi, perlu di tambah beberapa bagian dan di atur sedemikian rupa supaya menjadi paragraf. Feeling juga berperan penting dalam parafrase puisi, karena, jika kita dapat merasakan bait, maka akan mempermudah penentuan kata yang akan digunakan untuk menyatukan bait-bait tersebut. Contoh: Aku membutuhkanmu,mantan kekasihku Disaa

Saat hujan

Langit menggelap murung Awan hitam berarak menggelung Angin bertiup tak ramah dari arah gunung Dari jendela kulihat kabut mulai turun Bersamaan dengan titik titik kecil bagai embun Yang semakin lama semakin jatuh merimbun Aroma tanah basah nan segar memenuhi udara Menghirupnya dalam dalam serasa menghirup wangi surga Terlena dalam ketenangan tiada tara Seraya menyesap cappucino Kubuka album kenangan kuno Yang berdebu sampulnya...yang di dalamnya telah memudar puluhan foto Ingatan lama memeuhi benakku Di saat hujan inilah kita bertemu Dari hujan inilah kita menyatu Ku harap kamu tak sedang menangis disana Hujan semakin deras menggila Seperti airmatamu yang tumpah ketika inginmu tak terlaksana Album kuno itu kututup Meratapimu sudah kurasa cukup Tak ingin kenangan itu membuatku semakin tertelungkup Hujan memang pemutar waktu yang baik Mengilas sejarah dan kenangan dengan cara unik Dan memberi intisari berharga di setiap tetes yang menitik

Unexplainable feeling

Beribu lara ia goreskan Memahat banyak luka menganga Setelah penantian panjang Tak juga kuraih cintanya Dalam lorong kesendirian Kau hadir tiada terduga Tanoa kusadari...kau menutup luka itu Dengan hangatnya canda dan tawamu Ada suatu kenyamanan tak kasat mata Yang tercipta saat bersamamu Ada suatu rantai gaib Yang menjeratku dalam atmosfirmu Aku tak tahu apa yang tengah kurasakan Sesuatu serasa mengacak-acak perasaanku Namun, aku tak punya kuasa untuk melawan Bagai terlena dalam labirin rumit berselimut simfoni Rasa dalam hati ini tak dapat kupahami lagi Dengan imajinasi apalagi dengan logika Kau memberikan warna baru dalam hidupku Membuatku merasakan perasaa yang tak terjelaskan

Puisi

Gema Hampa di Gedung tua Senja datang menyapa kota yang lelah Sinar jingga keemasan terbentang membelah Langit cakrawala di ufuk barat Tempat sang surya beristirahat Angin meniup helaian rambutnya jahil Menghalangi kedua mata yang menatap lurus ke depan Namun...adakah yang ditatapnya selama berjalan? Sayangnya...hanya ada nilai nol...nihil Gema bergetar merambati tembok yang rapuh Dentum tanpai nilai mewarnai senja di gedung tua Angin berbisik menggunjingnya dengah angkuh Pada dedaunan kering yang bertebaran di sekitarnya Oh, apa kiranya yang membuat sanubari nan remuk itu Semakin melarutkan dirinya ke dalam lautan luka Melangkah tanpa arah yang tentu Namun tak jua menemukan obat untuk batin yang hampir meregang nyawa Di temani kesunyian yang semakin merepotkan Ia berjalan menyusuri koridor kenangan Tak ada benak positif lagi dalam pikirnya Semua tenggelam...remuk redam...tak bersisa